SAATNYA
BANGGGA MENJADI SANTRI
Bismilahi
wabihamdihi.....
Sebelumnya
saya ingin minta maaf kepada sesiapa saja yang akan membaca jika pembahasannya tidak menarik, atau
mungkin tulisanya tidak sesuai kaedah, lagi pula saya sendiri tidak tahu apakah
ini sebuah tulisan atau Cuma sekedar ngoceh sebagai pelepas lelah saya sendiri
dari kesibukan yang juga tak jelas.
Santri,
jika rentetan yang terdiri dari enam huruf itu disebutkan, maka langsung
tergambar suatu sosok pemuda yang
memakai sarung dan baju koko, memakai peci,
dan sosok pemudi yang bepakaian muslimah, yang kegiaatan kesehariannya
bergelut dengan kitab-kitab kuning atau pelajaran agama. Itu hanya sebagaian
besar gambaran seorang santri, dan masih banyak lagi hal-hal lain yang bisa
digambarkan, silahkan menggambar,,,,,
Jadi
santri memang tidak mudah, banyak sekali cobaan yang dihadapi, mulai dari putus
belanja sampai putus cinta, namun dibalik semua cobaan dan ketidak mudahan itu,
tersimpan segudang keindahan dan jutaan kenangan yang tidak akan pernah bisa
dilupakan.
Menolak
lupa, Dulunya santri dipandang sebelah mata, dulunya santri dianggap kaum
besekan, kaum sarungan yang ketinggalan zaman, dan berbagai macam anggapan lain
yang intinya menyudutkan kaum santri sampai kepelosok alam nyata. yang pakai
sarung dianggap mau khitanan, yang pakai peci putih dianggap mau ta’ziah (
melayat ke rumah duka), yang pakai busana muslimah yang longgar dianggap
sebagai kaum ibu-ibu padahal masih gadis, dicemooh. menjadi bahan olok-olokan oleh
orang orang yang tak kenal dengan kehidupan santri.
Terkadang
kaum santri dianggap tidak memiliki nilai intelektual, tidak mengikuti arus
kemajuan zaman, kolot, dan tak berpengalaman terhadap dunia luar yang katanya modern seperti sekarang, bahkan sadisnya lagi santri dianggap sebagai
penghambat kemajuan.
Sudah
lah, Biarkan saja anjing menggongong kafilah berlalu, hujatan mereka-mereka itu
tidak harus dibalas dengan hujatan. berbaik sangka saja, mungkin mereka tidak
tahu bahwa pada tanggal 22 oktober 1945
adalah bukti para santri memiliki kontribusi besar dalam memperjuangkan kemardekaan
NKRI yng selama ini mereka nikmati, pada tanggal itulah, seorang ulama besar
yang juga pendiri NU, mencetuskan sekaligus mendeklarasikan resolusi jihad
melawan para penjajah yang ingin merebut kembali kemardekaan indonesia. Resolusi
tersebutlah yang membuat amarah dan semangat jihad warga NU yang sebagian besar
adalah kaum santri berkobar laksana kobaran api yang menyala melahap rumput-rumput kering, saat itu, para kiyai-kiyai
NU dan PARA SANTRINYA ikut berkecimpung melawan, memerangi dan mengusir para
penjajah yang kejam dan biadap, dengan berlumuran darah, bahkan dari mereka ada
yang mengorbankan nyawa. Namun Sejarah
ini lah yang sudah dibungkam oleh orang-orang yang tidak memiliki hati,
tidak mengenang jasa para pejuang bangsa, sungguh mereka oarang-orang yang luar
binasa.
Walau
demikian, sekarang semua sudah bisa dibuktikan. Pada Tanggal 22 september 2015
lalu, bertepatan di masjid Istiqlal jakarta, tanggal 22 september telah dinobatkan
sebagai hari santri nasional oleh bapak
presiden republik indonesia, disaksikan oleh ribuan santri dan para kiyai.
Ini
tentu Menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi kaum santri, sebab dengan adanya
deklarasi hari santri nasional tersebut, para santri tidak lagi dipandang
sebelah mata oleh orang-orang yang cendrung mengaku modern, orang orang yang keblinger yang menganggap para santri
tidak memiliki kontribusi dalam memperjuangkan kemardekaan. Sekian dan terima
kasih.
Hidup
santri, salam resolusi jihad, dan saatnya bangga menjadi santri..............
Syafri Raes (Mahasiswa KPI dan Santri Ma'had Aly)